Profil Desa Kutasari

Ketahui informasi secara rinci Desa Kutasari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kutasari

Tentang Kami

Profil Desa Kutasari, Baturraden. Surga wisata di kaki Gunung Slamet, rumah bagi Curug Jenggala dan Small World, dengan ekonomi dinamis yang bertumpu pada pariwisata alam dan modern serta pemberdayaan masyarakat.

  • Destinasi Wisata Unggulan Ganda

    Desa Kutasari menjadi magnet pariwisata utama di Banyumas karena menjadi lokasi dua objek wisata ikonik dengan konsep berbeda: wisata alam Curug Jenggala dan wisata rekreasi modern Small World.

  • Ekonomi yang Bertransformasi

    Terjadi pergeseran signifikan dari ekonomi yang awalnya dominan agraris menjadi ekonomi yang bertumpu pada sektor jasa dan pariwisata, yang secara masif membuka lapangan kerja dan peluang usaha baru bagi warga lokal.

  • Model Pembangunan Kolaboratif

    Keberhasilan desa ini merupakan hasil dari sinergi dan kolaborasi efektif antara berbagai pihak, meliputi Pemerintah Desa, BUMDes, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Perhutani, dan investor swasta.

Pasang Disini

Di tengah sejuknya udara pegunungan dan hamparan hijau lereng selatan Gunung Slamet, Desa Kutasari telah memantapkan dirinya sebagai episentrum pariwisata di Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Desa ini bukan lagi sekadar wilayah agraris yang tenang, melainkan sebuah destinasi dinamis yang berhasil menyandingkan keindahan alam otentik dengan rekreasi modern. Keberadaan dua ikon wisata, Curug Jenggala dan Small World, telah mengubah wajah ekonomi dan sosial Kutasari, menjadikannya contoh sukses transformasi desa melalui optimalisasi potensi secara kreatif dan kolaboratif.

Geografi dan Demografi: Potret Desa di Kaki Gunung Slamet

Desa Kutasari secara geografis terletak pada posisi yang sangat strategis untuk pengembangan pariwisata. Berada di ketinggian antara 300 hingga 700 meter di atas permukaan laut, wilayahnya memiliki kontur yang berbukit-bukit dan dialiri oleh banyak sumber mata air yang membentuk sungai-sungai kecil, salah satunya menjadi hulu dari Curug Jenggala yang terkenal.

Luas wilayah Desa Kutasari yaitu 617,12 hektar (6,17 km²), menjadikannya salah satu desa terluas di Kecamatan Baturraden. Wilayahnya berbatasan langsung dengan kawasan hutan milik Perhutani di sebelah utara, Desa Karangtengah di timur, Desa Rempoah di selatan dan Desa Purwosari di sebelah barat. Letaknya yang lebih tinggi memberikan pemandangan yang memukau ke arah dataran rendah Purwokerto.

Berdasarkan data terakhir, jumlah penduduk Desa Kutasari mencapai 9.018 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.461 jiwa/km². Angka ini menunjukkan sebaran penduduk yang lebih renggang dibandingkan desa-desa di dataran yang lebih rendah, sejalan dengan karakteristik wilayahnya yang didominasi perbukitan dan lahan hijau. Kode pos yang berlaku untuk Desa Kutasari yakni 53151.

Sejarah Singkat dan Asal-Usul Nama Kutasari

Setiap nama wilayah seringkali menyimpan jejak sejarah, begitu pula dengan Kutasari. Nama "Kutasari" diyakini berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu "Kuta" yang berarti benteng, kota, atau pagar, dan "Sari" yang bermakna inti, bunga, atau yang terbaik. Secara filosofis, Kutasari dapat diartikan sebagai "inti dari sebuah benteng pertahanan" atau "pagar yang indah".

Menurut cerita tutur yang berkembang di masyarakat, pada zaman dahulu wilayah ini merupakan daerah yang cukup terlindungi secara alami oleh perbukitan, menjadikannya lokasi yang strategis. Sejarah ini memberikan lapisan makna yang lebih dalam bagi identitas desa, melampaui citranya sebagai destinasi wisata semata. Warisan historis ini menjadi modal budaya yang memperkaya narasi tentang Desa Kutasari.

Dua Pilar Pariwisata: Kekuatan Pendorong Ekonomi Desa

Keunikan Desa Kutasari terletak pada kemampuannya menjadi tuan rumah bagi dua jenis destinasi wisata yang sangat berbeda namun sama-sama menjadi magnet bagi pengunjung. Kedua pilar ini menjadi motor penggerak utama perekonomian desa.

Curug Jenggala: Pesona Alam yang Dikelola Komunitas

Jauh sebelum dikenal luas, Curug Jenggala hanyalah salah satu dari sekian banyak air terjun di lereng Gunung Slamet. Namun melalui inisiatif masyarakat lokal yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan bekerja sama dengan Perum Perhutani KPH Banyumas Timur, potensi ini diubah menjadi destinasi wisata alam yang profesional.

Daya tarik utama Curug Jenggala ialah formasi tiga aliran air terjun yang mengalir deras di antara tebing bebatuan dan rimbunnya vegetasi. Namun, inovasi yang membuatnya viral yakni pembangunan sebuah dek swafoto (selfie deck) berbentuk hati yang menjorok ke arah air terjun. Titik inilah yang menjadi buruan para pengunjung untuk mengabadikan momen, dan secara efektif menjadi alat pemasaran dari mulut ke mulut maupun melalui media sosial.

Pengelolaan Curug Jenggala merupakan contoh nyata pariwisata berbasis komunitas. Pendapatan dari tiket masuk, parkir, dan warung-warung di sekitar lokasi dikelola secara transparan dan hasilnya memberikan manfaat langsung kepada masyarakat lokal serta kas desa. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa masyarakat mampu menjadi subjek, bukan hanya objek, dalam pembangunan pariwisata.

Small World: Sentuhan Modern yang Mendongkrak Kunjungan

Berdiri di atas lahan Desa Kutasari, Small World merupakan sebuah taman rekreasi modern yang menawarkan konsep unik: miniatur landmark terkenal dari seluruh dunia. Pengunjung dapat berfoto dengan latar belakang Patung Merlion, Kincir Angin Belanda, Menara Eiffel, hingga Bunga Tulip dalam satu lokasi.

Kehadiran Small World, yang merupakan investasi swasta, memberikan dampak ekonomi yang luar biasa. Tempat ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dari warga Desa Kutasari dan sekitarnya, mulai dari staf tiket, keamanan, petugas kebersihan, hingga pemandu. Selain itu, Small World menciptakan multiplier effect yang signifikan. Ribuan pengunjung yang datang setiap akhir pekan memicu tumbuhnya usaha-usaha pendukung di sepanjang jalan menuju lokasi, seperti warung makan, toko oleh-oleh, jasa parkir warga, hingga penginapan (homestay).

Meskipun dikelola pihak swasta, keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari ekosistem Desa Kutasari. Pemerintah desa berperan dalam memastikan kelancaran akses, keamanan lingkungan, serta menjalin komunikasi yang baik dengan pihak pengelola untuk memastikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar dapat terus dirasakan.

Transformasi Ekonomi: Dari Agraris ke Jasa Pariwisata

Ledakan pariwisata di Kutasari secara fundamental telah mengubah struktur ekonomi masyarakat. Jika beberapa dekade lalu sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dari sektor pertanian seperti menanam padi, sayuran, dan cengkeh, kini sektor jasa dan perdagangan menjadi primadona.

Banyak warga yang beralih profesi atau membuka usaha sampingan yang berhubungan dengan pariwisata. Generasi muda kini melihat lebih banyak peluang kerja di desa mereka sendiri tanpa harus merantau ke kota. Transformasi ini juga mendorong tumbuhnya UMKM yang semakin kreatif dalam menangkap peluang, misalnya dengan menjual produk olahan seperti keripik, atau cenderamata khas Baturraden.

Lembaga ekonomi desa, yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), memegang peranan strategis dalam mengelola dan mengarahkan potensi ini. BUMDes dapat berperan dalam mengelola unit-unit usaha desa, menjadi mitra bagi pengelola wisata, serta memfasilitasi permodalan bagi UMKM lokal. Penguatan BUMDes menjadi kunci agar manfaat ekonomi dari pariwisata dapat terdistribusi secara lebih merata.

Peran Pemerintah Desa dan Kelembagaan Lokal

Pemerintah Desa Kutasari, di bawah kepemimpinan kepala desa dan jajarannya, memegang peran sentral sebagai fasilitator dan regulator. Tugas utamanya ialah menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan. Ini mencakup:

  • Pembangunan Infrastruktur
    Memastikan jalan akses menuju objek wisata dalam kondisi baik, menyediakan penerangan jalan, serta bekerja sama dengan dinas terkait untuk pelebaran jalan guna mengatasi kemacetan.
  • Regulasi dan Koordinasi
    Membuat peraturan desa (Perdes) yang mendukung pengembangan pariwisata, seperti aturan tentang kebersihan, ketertiban, dan retribusi yang adil.
  • Pemberdayaan Kelembagaan
    Mendukung penuh aktivitas Pokdarwis dan BUMDes sebagai mitra utama dalam pembangunan. Keterlibatan aktif lembaga-lembaga ini memastikan bahwa aspirasi masyarakat terwakili.

Keberhasilan Kutasari tidak lepas dari kemampuan pemerintah desanya dalam menjalin komunikasi dan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Perhutani, investor swasta, dan pemerintah kabupaten.

Tantangan di Balik Kemajuan Pariwisata

Di balik kisah suksesnya, Desa Kutasari juga menghadapi tantangan yang lazim ditemui daerah wisata yang berkembang pesat.

  1. Kemacetan Lalu Lintas
    Pada akhir pekan dan hari libur, volume kendaraan yang menuju Kutasari seringkali melebihi kapasitas jalan, menyebabkan kemacetan parah di beberapa titik.
  2. Manajemen Sampah
    Peningkatan jumlah pengunjung secara otomatis menghasilkan volume sampah yang lebih besar. Diperlukan sistem pengelolaan sampah yang lebih terintegrasi dan modern untuk mencegah pencemaran lingkungan.
  3. Tekanan pada Sumber Daya Alam
    Eksplorasi wisata alam harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menjaga kelestarian ekosistem, terutama sumber daya air dan keanekaragaman hayati.
  4. Kesenjangan Ekonomi
    Perlu ada mekanisme untuk memastikan bahwa manfaat ekonomi tidak hanya terpusat pada warga yang tinggal di sekitar objek wisata, tetapi juga dirasakan oleh seluruh masyarakat desa.

Mengatasi tantangan-tantangan ini menjadi agenda utama bagi pemerintah desa dan seluruh pemangku kepentingan untuk jangka panjang.

Visi Masa Depan: Menuju Pariwisata Berkelanjutan

Menatap ke depan, Desa Kutasari memiliki potensi untuk menjadi model percontohan desa wisata nasional. Visi utamanya ialah mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism), di mana kemajuan ekonomi berjalan seimbang dengan pelestarian lingkungan dan penguatan budaya lokal.

Rencana pengembangan di masa depan kemungkinan akan berfokus pada diversifikasi produk wisata, seperti pengembangan jalur trekking tematik, paket wisata edukasi pertanian, dan penguatan wisata budaya. Pemanfaatan teknologi digital untuk promosi dan sistem pemesanan tiket secara online juga menjadi langkah strategis untuk meningkatkan profesionalisme.

Dengan fondasi yang telah dibangun, Desa Kutasari tidak hanya menjual keindahan alam dan kreativitas, tetapi juga menawarkan kisah tentang sebuah komunitas yang bangkit dan berdaya melalui kerja keras, inovasi, dan semangat kolaborasi. Desa ini merupakan bukti hidup bahwa potensi lokal, jika dikelola dengan visi yang benar, mampu menjadi kekuatan yang luar biasa.